close menu

Masuk


Tutup x

Sarat Kepentingan Penyelesaian Jalan Tembus Kelarik-Batubi Bagai Mainan

Potret-kondisi-jalan-penghubung-Batubi-Kelarik-perbandingan-antara-dulu-dan-sekarang

Penulis: |

Natuna, (KP), – Entah kepada siapa lagi masyarakat Kecamatan Bunguran Utara meminta pertolongan, agar jalan Kelarik – Batubi – Ranai, segera diselesaikan. Suara merdu memohon agar jalan yang setiap hari mereka lewati bisa diselesaikan, sudah berkicau sejak tahun 2006 silam. Permintaan tiada henti, sepertinya berulang kali disampaikan, baik kepada Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, maupun Pemerintah Provinsi. Sayangnya kondisi jalan, tetap saja masih menyedihkan.

Alat-berat-milik-salah-satu-perusahaan-terbalik-akibat-rapuhnya-tanah-timbunan-jalan-Batubi-Kelarik

Meski berulang kali mengalami musibah, jalan tersebut tetap saja di terobos warga. Hal itu, dikarenakan jalan tembus Kelarik – Batubi – Ranai, satu-satunya akses keluar masuk orang dan barang. “ Sudah tidak sepi kayak dulu lagi, setiap hari pasti ada orang lewat disini. Sebenarnya kita takut juga terjadi sesuatu, lihat sendiri kondisi jalannya seperti apa, tetapi mau gimana lagi, cuma ini satu-satunya jalan yang bisa digunakan untuk pergi ke Ranai, “ ujar Zain, salah seorang sopir angkutan penumpang Ranai – Batubi – Kelarik, kepada Koran Perbatasan Minggu, (27/05).
Sejumlah-angkutan-terlihat-mengantri-berjuang-agar-lolos-dari-gumpalan-tanah-yang-mengapung

Menurut Zain, jalan tersebut tidak hanya digunakan oleh masyarakat Kecamatan Bunguran Utara saja, tetapi sudah menjadi akses keluar masuk seluruh masyarakat Kabupaten Natuna Provinsi Kepri. “ Tidak hanya kami saja pak, setahu saya orang dari kabupaten paling ramai menggunakan jalan ini. Malah kemarin saya baru habis, bawa rombongan dari provinsi, “ sebut Zain, sambil tertawa dan berkata, termasuk bapak sendiri-kan orang dari kabupaten.
Sejumlah-mobil-pengangkut-orang-dan-barang-sedang-berusaha-melintasi-salah-satu-ruas-jalan-yang-terpotong

Berbagai argument tentang jalan yang memprihatinkan itu, terus mencuat. Ada mengatakan lambatnya pembangunan, karena tidak ada putra daerah dari Kecamatan Bunguran Utara yang duduk di bangku parlemen. “ Mungkin karena di DPRD tidak ada orang kita, jadi usulan-usulan yang disampaikan hilang begitu saja. Mereka yang sudah jadi anggota dewan, tentunya akan memperjuangkan aspirasi masyarakat daerahnya dulu. Kalau yang duduk itu, orang dari Pulau Tiga, tentu dia akan utamakan pembangunan di Kecamatan Pulau Tiga, tipis kemungkinan dia memikirkan kami yang ada di Bunguran Utara ini, “ cetus Harunnurasyid, tokoh masyarakat Kelarik.
Tampak-beberapa-buah-angkutan-sedang-terjebak-pada-salah-satu-ruas-jalan-yang-terpotong

Ada pula yang beranggapan, bahwa pembangunan jalan Batubi – Kelarik, termasuk Telok Buton – Kelarik, sarat kepentingan. “ Entahlah, kalau memeng pemerintah serius memikirkan pembangunan jalan ini, pasti sudah lama selesai. Kalau saya melihat ini macam ada kepentingan, coba kalau sudah musim pemilu, masing-masing calon sibuk membicarakan tentang kesiapan jalan itu. Setelah itu senyap, hilang begitu saja, kayak ulat bulu lupa daun, kesiapan pembangunan jalan dijadikan janji politik, “ pungkas Wan Sabarudin, tokoh masyarakat Kelarik Kecamatan Bunguran Utara.
Salah-satu-sungai-besar-dari-beberapa-buah-sungai-pemotong-jalan-dulu-tempat-warga-berhenti-membersihkan-kenderaan-sebelum-memasuki-Ibukota-kondisinya-sampai-saat-ini-belum-berubah

Sejalan dengan itu, Camat Bunguran Utara Izhar, S.Sos, memastikan masyarakat Kecamatan Bunguran Utara mendukung penuh terealisasinya pembangunan jalan penghubung Kelarik – Batubi dan Telok Buton – Kelarik. Karena ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari hasil pembangunan tersebut. “ Masyarakat memang berharap pembangunan jalan ini cepat selesai, karena dampaknya sangat luas, bukan hanya sekedar menghubungkan kecamatan ke kabupaten saja. Kalau jalan itu, sudah bagus, manfaatnya tentu banyak, arus keluar masuk orang dan barang jadi mudah, masyarakat berjualan juga bisa terbantu, yang pastinya ekonomi kerakyatan dengan sedirinya akan tumbuh. Apa lagi sekarang sudah ada pabrik pelelangan ikan di Selat Lampa, dan wacana menjadikan Natuna Provinsi Khusus, tentu kesiapan jalan penghubung ini, sangat diperlukan, “ imbuh Izhar.
Kondisi-salah-satu-ruas-jalan-tembus-Batubi-Kelarik-tahun-2015

Menanggapi yang terjadi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Natuna, H. Tasrif, S.Sos, M.Si, mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mempercepat pembangunan di daerah adalah mengusulkan sekala prioritas, kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Karena kesiapan APBD tidak sanggup menampung pembangunan sekala besar. “ Khusus fisik di Dinas PU yang kita anggarkan kemarin lebih kurang Rp 60 Milyar, sudah termasuk DAK. Jadi kita hanya bisa membangun yang kecil-kecil saja. Kalau yang besar-besar terpaksa minta sama provinsi dan pusat. Dari Pemerintah Provinsi melalui DAK informasi yang kami terima untuk lanjutan pembangunan jalan Batubi-Kelarik sebesar Rp 32 Milyar. Kemudian ada juga bantuan dari APBN lanjutan jalan Telok Buton-Kelarik sekitar Rp 12 Milyar, “ terang Tasrif.
Kondisi-salah-satu-ruas-jalan-Kelarik-Batubi-tahun-2014

Sebagaimana diketahui, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo  berkomitmen memperkuat daerah perbatasan, karena dinilai sangat penting mengingat daerah perbatasan merupakan beranda Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berhadapan langsung dengan negara-negara tetangga. Terutama untuk kepentingan pertahanan, dan keamanan negara. Sayangnya pembangunan jalan tembus Kelarik – Batubi, dan Teluk Buton – Kelarik, masih tetap berbukit batu, berlumpur, dan berlubang, bahkan ada beberapa lokasi yang dulunya bagus, saat ini malah menjadi semakin parah.
Kondisi-salah-satu-ruas-jalan-Batubi-Kelarik-di-musim-hujan-air-tampak-memenuhi-badan-jalan

Senin pagi, (28/05) awak Koran Perbatasan sempat melintasi jalan yang sudah menjadi buah bibir masyarakat Kecamatan Bunguran Utara, menggunakan mobil angkutan penumpang. Tiga puluh menit perjalanan, sang sopir terlihat berkeringat, akibat tubuhnya tak bisa diam, memaikan setir, gas, dan rem. Kondisi jalan bergelombang, membuat penumpang duduk seperti berantakan. Seorang ibu dengan bayi di pangkunya tampak gelisah, dan sempat mengeluarkan muntah. Perubahan nyata memang terlihat, disetiap pinggir jalan berjejar tiang listrik, sayangnya berantakan. Menurut penumpang, jalan hanya bisa dilawati saat panas, karena pada musim hujan air meluap menutupi permukaan jalan. Miris sungguh, kemanakah masyarakat Bunguran Utara harus mengadu, agar jalan idamannya, segera selesai?. (Amran).
 

READ  Kepala BPBD Sebut Ada Oknum yang Menghalangi Regu Pemadam Karhutla