Penulis: admin |
PARTISIPASI masyarakat dalam bentuk pengawasan pembangunan harus dibuka seluas–luasnya agar kualitas pembangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan guna menjamin umur pakai dan keselamatan bagi seluruh penggunanya. Pembangunan jalan yang berkualitas rendah tidak saja merugikan secara ekonomi, tetapi juga dapat membahayakan setiap pengguna jalan tersebut. Pertanyaannya bagaimana masyarakat bisa mengetahui kualitas aspal jalan yang baik?
Jika ingin menguji kualitas aspal yang baik tentu harus dilakukan dengan pengujian di laboratorium. Bagi masyarakat tentu ini bukan hal yang mudah jika harus menguji aspal tersebut di laboratorium, oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui ciri-ciri visual aspal secara cepat untuk mencegah pembiaran kualitas aspal yang kurang baik dilakukan secara terus menerus.
Kualitas aspal jalan yang buruk bisa dicegah dengan Quality Control yang baik dan partisipasi pengawasan dari masyarakat saat pekerjaan aspal dimulai, seperti pada saat pemilihan material, pencampuran hotmix, cara pemadatan aspal yang benar dan hal lain seputarannya. Jika melihat kualitas aspal yang dirasa kurang baik, agar segera mengambil sampel untuk diuji di laboratorium, agar kualitas aspal bisa terjaga dengan baik.
Sementara untuk mengetahui kualitas aspal jalan yang kurang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan ciri–cirinya secara visual, seperti warna aspal kurang hitam, banyak aggregat yang lepas dari aspal jalan dan terdapat retak rambut dilokasi tertentu karena pemadatan aspal yang tidak merata serta kondisi tanah dibawahnya masih labil.
Dengan demikian, untuk mendapatkan kualitas aspal jalan yang baik harus mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Dari segi perencanaannya tentu harus mengikuti Jobmix Design yang disepakati antara kontraktor, konsultan dan pemberi tugas. Sedangkan dalam segi pelaksanaannya harus mengikuti prosedur seperti trial pemadatan yang sudah disepakati.
Aspal jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa factor. Pertama, kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula (JMF), yaitu komposisi material penyusun aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan dilapangan mulai. Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min 6,2 persen maka kadar aspal yang digunakan dilapangan juga harus 6,2 persen. Kedua, suhu penghamparan aspal dilapangan tidak sesuai spesifikasi, biasanya hal terjadi karena jarak Asphalt Mixing Plant (AMP) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di Asphalt Finisher adalah 135 hingga 150 derajat celcius.
Ketiga, LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. LPA adalah Lapis Pondasi Atas yang terletak tepat dibawah aggregat aspal sedangkan LPB adalah Lapis Pondasi Bawah yang terletak dibawah LPA dan diatas tanah dasar. Seringkali dalam pelaksanaan dilapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa memperhatikan kualitas pekerjaan. Keempat, aggregat aspal diatas tanah timbunan yang belum padat. Kelima, jumlah passing pemadatan kurang. Keenam, komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan. Ketujuh, kurangnya pemadatan dengan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasanya menggunakan dua alat yaitu Tandem Roller dan Pneumatic Tire Roller (PTR).
Adapun jenis–jenis retakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah pertama retak Kulit Buaya (Alligator Cracks), yaitu kerusakan jalan berupa retak yang memiliki celah cukup lebar. Kemungkinan terjadi akibat bahan pengeras jalan yang kurang baik, tanah lapisan dasar dibawah permukaan kurang stabil, yang mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum dilakukannya pengerasan jalan. Kedua, Retak Pinggir (Edge Cracks) yaitu kerusakan jalan berupa retak yang terjadi pada daerah pinggir badan jalan. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan ini adalah bahan pengeras atau kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan air tanah pada badan pengeras jalan, tanah dasar dibawah permukaan kurang stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang tumbuh disekitar badan jalan. Terakhir Retak halus atau retak rambut. (KP).
Editor : Muhammad Faisal
Penulis : Dede Farhan Aulawi (Pengamat Konstruksi)