Penulis: admin |
KEPRI (KP),- Nama lengkapnya H Muhammad Ali Ahmad. Nama tenarnya Ali Pon usianya 78 tahun. Sosok ini satu-satunya maestro pantun yang ada di Provinsi Kepri. Jum’at pagi 18 Oktober 2019, Tok Ali Pon membagikan pengalamannya sebagai pemantun dihadapan 200 pelajar SMP, MTsN, SMA dan mahasiswa di Gedung Aisyah Sulaiman.
Acara yang ditaja oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Kepri bekerjasama dengan Direktorat Warisan Diplomasi Budaya (WDB) Kemdikbud ini bertajuk pemutaran film dan diskusi nilai budaya bersama maestro pantun Ali Pon.
Meski usianya sudah senja, namun Ali Pon masih sangat tangkas beradu pantun. Ali Pon terlihat masih segar memukau peserta melalui unjuk kebolehannya menghadapi ‘penantang’ yang sebaya cucunya, yakni pemantun muda Tanjungpinang, Zainal Anbiya. Saling berbalas pantun pun terjadi.
Tok Ali Pon sangat piawai saat membalas setiap baris pantun yang ditujukan kepada dirinya. Tak hanya Zainal Anbiya, para peserta juga bersemangat menjual dan membeli pantun kakek blasteran Bugis dan Banjar ini.
Dihadapan peserta, Ali Pon menceritakan dirinya ditetapkan sebagai maestro pantun oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan tahun 2007 yang lalu. Ia tak menyangka bisa dipilih karena saat menjalani aktivitas sebagai pemantun dirinya dilirik.
“Jadi maestro bukan main-main. Usia minimal 50 tahun dan eksis berpantun 20 tahun. Jadi saya jalani aktivitas sebagai pemantun sudah 20 tahun lebih. Itu berketerusan dan tak bisa terputus,” sebut Ali Pon.
Ia membagikan tips bagaimana bisa pandai berpantun. Syaratnya harus berani. Sumber inspirasi berpantun alam semesta. Dalam sampiran pantun, kata Ali Pon carikan apa yang ada di sekitar kita.
“Harus kreatif mencarikan sampiran isi pantun. Kalau orang Daik tentu suka menyebut Gunung Daik bercabang tiga. Kalau anak Tanjungpinang, mudah saja. Ada Gunung Bintan “Lekuk di Tengah”. Pandai-pandai memahami lingkungan sekitar kita,” sebutnya.
BBM Maestro Pantun H Muhammad Ali Ahmad dibuka oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Ditjen Kebudayaan Kemdikbud, Dr Nadjamuddin Ramly. Menurut Nadjamuddin, Ali Pon sosok langka dan generasi muda harus bisa belajar serta mengambil ilmu dari maestro ini.
“Bukan sembarang tunjuk, menetapkan seseorang sebagai maestro. Makanya saya berharap orang Melayu khususnya generasi muda bisa belajar dari sosok Ali Pon,” pungkas Nadjamuddin.
Selain diisi dengan diskusi dan praktek berbalas pantun yang dipandu oleh Kasubdit Diplomasi Budaya Dalam Negeri Kemdikbud, Yayuk. Ali Pon didampingi Sekretaris Disparbud Kota Tanjungpinang, Safaruddin dan pemantun muda, Zainal Anbiya juga ada kuis bagi peserta dengan berbagai hadiah. (KP).
Kontributor : BPNB Kepri
Editor : Aman