close menu

Masuk


Tutup x

Rozanah : “ Tolonglah Bantu Usaha Orang Kampung “

Rozanah-saat-memasak-sagu-butir-di-bawah-pondok-yang-juga-terbuat-dari-daun-sagu.-Terlihat-salah-seorang-wartawati-koran-ini-mewawancarai-Rozanah

Penulis: |

NATUNA, (KP), ­­­­­– Pantastis jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dimiliki Kabupaten Natuna, bukan rahasia lagi. Kabupaten yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu daerah perbatasan NKRI, dengan julukan sebagai Kabupaten terkaya se-Provinsi Kepri ini, rupanya masih memiliki banyak kekurangan. Tantangan berat, perekonomian dan pembangunan di negeri laut sakti rantau bertuah, sampai detik ini masih belum terjawab. Salah satu bukti nyata yang diperoleh wartawan koran ini, selama bergulat di lapangan adalah, belum tersedianya sarana, prasarana penujang perputaran ekonomi yang memadai.
Catatan pinggir wartawan koran ini, saat berbincang-bincang dengan salah seorang warga masyarakat yang tinggal menetap di sebuah Desa bernama Ceruk Tengah Kecamatan Bunguran Timur Laut, beberapa waktu lalu sempat mengingatkan si penulis kepada kehidupan masa kecil. Pasalnya seorang ibu, bernama Rozanah sempat menceritakan, bahwa sudah lima tahun lamanya waktu berjalan, dirinya mengolah batang sagu, konon merupakan salah satu jenis makanan pokok masyarakat perbatasan sebelum menjadi kabupaten untuk di olah menjadi sagu butir, hanya sekedar untuk memenuhi makan minum kelurga sehari-hari.
“ Hampir lima tahun bekerja sebagai pemalok sagu, dan pemotong karet. Kalau hari hujan ibu memalok sagu dan dikala panas, memotong karet. Menekuni pekerjaan ini semenjak menikah dengan sang suami. Karena ingin membantu suami yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan, “ begitulah ungkapan yang keluar dari perempuan bernama Rozana menjawab Koran Perbatasan.
Ibu, yang memulai usahnya dengan cara membeli batang sagu milik warga satu kampung, dan bekerja menggunakan peralatan apa adanya untuk memalok batang sagu sebelum diolah menjadi sagu siap saji itu, ternyata tidak pula menerima hasil usahanya secara utuh. Karena selain dari membeli batang sagu, tempat yang digunakannya untuk bekerja juga masih status sewa. Namun apa boleh buat, demi sesuap nasi, warga yang mengaku bahwa hasil olahan sagu dibagikan sama rata, bersama rekan-rekan kerjanya itu, tetap saja menekuni aktifatas tersebut dengan hati iklas.
“ Sebelum menjadi sagu butir, kita harus kerja malok. Jadi batang sagu di olah terlebih dahulu dengan alat-alat yang sangat sederhana. Batang sagu di beli dengan harga Rp.35 ribu perbatang. Tetapi kalau 3 batang hanya Rp.100 ribu. Penyewaan tempat pembuatan sagu butir satu harinya dibayar dengan sagu butir 2 gantang. Jual mentahnya satu karung yang 25 kilo Rp.150 ribu. Kemudian kita kerja bertiga, itu dibagi hasil berapa satu hari kita dapat sagu butir-nya. Hasil kerja sagu ini, hanya cukup untuk bertahan hidup, dan bisa untuk biaya anak-anak sekolah saja, ” cetus Rozanah.
Sebagai masyarakat biasa, tampaknya perempuan setengah baya ini, berharap agar apa yang disampaikannya sampai kepada Bupati Kabupaten Natuna Provinsi Kepri, yang baru terpilih. Agar dapat memberikan pencerahan, terhadap usaha yang sudah lima tahun di gelutinya. Karena sampai detik ini, dirinya tidak pernah mengajukan permohonan meminta bantuan modal usaha kepada pemerintah.
“ Kendalanya modal, kalau tidak ada modal tidak bisa juga berbuat apa-apa. Saya belum pernah mengajukan proposal untuk meminjam uang di UKM. Harapan kepada Bupati yang sudah menang, betul-betul untuk membantu masyarakat. Tolong bantu usaha orang kampung ini, kasih lapangan kerja. Bagi yang sudah ada usaha seperti kami ini, tolong di bantu modal, agar kami bisa terus bekerja, ” imbuh perempuan yang tak mengenal lelah itu tersenyum. (Amran).

READ  Seorang Kadis Sempat Tertidur Saat Rapat di DPRD