Penulis: admin |
NATUNA, (KP),- Pelabuhan bagus, kapal lancar, ekonomi lancar, begitulah ungkapan yang keluar dari lisan salah sorang tokoh masyarakat Natuna bernama Sayed Mukhtarhadi, ketika melihat bongkar muat barang hasil perkebunan, di Pelabuhan Midai, dari Kapal Sabuk Nusantara 4, belum lama ini.
Menurut lelaki yang akrab disapa Abib Joung, bongkar muat barang tersebut di peroleh dari hasil perkebunan kelapa milik warga masyarakat setempat. Lancarnya arus transportasi yang siap mengangkut hasil perkebunan ini, tentunya akan membuat perekonomian masyarakat jadi meningkat. “ Secara otomatis ekonomi masyarakat meningkat. Karena gampang menjual hasil kebunnya keluar daerah, dengan harga yang sedikit lebih mahal, “ ujar Abib Joung kepada koranperbatasan.com, Kamis (30/08/2018).
Sebagai masyarakat, Abib Joung menilai sejauh ini, perkembangan perkebunan di bumi Laut Sakti Rantau Bertuah hanya mengharapkan musim panen, dan belum terlihat adanya usaha untuk pengembangan yang lebih besar. “ Hanya usaha sendiri, belum ada bimbingan khusus dari perkebunan untuk menghasilkan panen yang maksimal. Sekarang sudah agak lesu, karena harga karet dan kopra menurun tajam. Tetapi jika harganya mahal, tentu sangat menjanjikan, karena di kampung kita banyak di tanam karet dan kelapa sebagai primadona masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan, “ terang Abib Joung, melalui pesan WhatsApp telepon genggam milik pribadinya.
Dalam hal ini, Abib Joung berharap agar dinas terkait sekali-sekali turun ke lapangan, membantu kesulitan para petani. “ Kalau bisa di bantu apa kira-kira yang diperlukan oleh petani kita. Karena selama ini, banyak yang dibantu khusus untuk nelayan saja. Semoga saja angkutan laut ini tetap lancar, agar bisa memudahkan masyarakat mengangkut hasil perkebunannya, dan mengangkut penumpang, dengan harga yang murah dan bersahabat, “ imbuhnya.
Lebih jauh lagi, lelaki yang mendadak negetop di dunia maya ini, memastikan selain Kapal Sabuk Nusantara, masih ada jenis angkutan lain yang rutin beroperasi di Natuna. “ Ada Tol Laut khusus untuk mengangkut barang dari dan ke Natuna. Cuma sayang belum bisa dimanfaatkan betul-betul, hasil perkebunan kita masih terbilang kurang, untuk di angkut keluar. Hasil perkebunan kita, masih bersifat musiman, seperti cengkeh yang merupakan salah satu hasil perkebun terbesar di Natuna, “ jelasnya mengakhiri.
Menanggapi yang terjadi, Kabid Perkebunan, Dinas Perkebunan Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Muharta Windra SP,MM, mengatakan setiap tahun pihaknya selalu memberi bantuan kepada para petani. Baik itu, berupa bibit, pupuk, obat-obatan maupun penyuluhan pada desa yang membutuhkan. “ Kalau harga karet sama kelapa sekarang memang lagi lesu. Semua itu, ada yang menanganinya, kalau kita hanya menangani sampai pasca panen saja. Jadi produksi tanaman perkebunan tergantung dari harga, seandainya harga turun otomatis produksi akan turun. Jadi ini yang membuat petani karet, dan kelapa kita jadi lesu. Karena memang tidak sesuai apa yang dikerjakan, dengan yang didapatnya, “ sebut Windra melalui pesan WhatsApp telepon genggam milik pribadinya, Kamis (30/08/2018).
Menurut Windra, jika harga karet, maupun kalapa naik, otomatis produksi akan meningkat. Windra memastikan, jumlah produksi tidak pernah berkurang, tetapi turun naiknya harga yang membuat para petani menjadi terlihat lesu. “ Jadi yang buat petani malas untuk melakukan produksi sebanyak mungkin itu, adalah harganya. Harga karet perkilonya cuman berkisar Rp.5-6 ribu saja. Kalau kelapa, kita bisa cari tau sendiri, begitu juga dengan cengkeh, harganya hanya bertahan di atas Rp.100 ribu, “ terang Windra.
Sebagai kepala bidang yang menangani hal tersebut, Windra berharap instansi terkait mampu mencarikan solusi, terkait persoalan harga hasil perkebunan milik masyarakat di Natuna. “ Harapan saya, dari dinas kepada instansi yang menangani masalah harga ini, agar bisa mendapatkankan harga yang layak. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan petani kita, “ tutup Windra. (Amran).