close menu

Masuk


Tutup x

Musim Utara Tantangan Masyarakat Nelayan Natuna

Potret-gambar-ilustrasi-gelombang-tinggi-angin-kecang-musim-utara

Penulis: |

NATUNA, (KP),- Masyarakat nelayan yang tinggal di daerah perbatasan sebelah utara NKRI sepertinya tidak bisa berbuat banyak lagi. Hamparan laut yang biasanya tenang kini sudah mulai berubah bergelombang. Potensi hujan lebat disertai petir berpeluang terjadi, bersama awan gelap yang dapat menimbulkan angin kencang serta menambah tingginya gelombang membuat nelayan di negeri laut sakti rantau bertuah terdiam. Sebagian besar masyarakat nelayan tradisional menyebutnya sebagai tanda-tanda musim utara akan datang.

Suasana-menangkap-ikan-di-laut-Kabupaten Natuna Provinsi Kepri-saat-musim-teduh

Musim adalah salah satu pembagian utama tahun, berdasarkan bentuk iklim yang luas. Biasanya satu tahun terbagi menjadi empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Berbeda dengan Indonesia karena terletak di daerah tropis hanya dibagi menjadi dua musim, yaitu musim hujan, dan musim kemarau . Hujan petir dan angin kencang disertai gelombang tinggi yang biasa disebut musim utara oleh masyarakat nelayan Kabupaten Natuna Provinsi Kepri merupakan salah satu musim yang menyedihkan.
Pada musim utara biasanya masyarakat nelayan di daerah yang berbatasan langsung dengan Hongkong, Vietnam, Thailand, Fhilipina, Malaysia, Singapura, dan Berunai Darussalam ini memilih lebih banyak diam di rumah. Mereka akan memulai kembali aktifitasnya setelah musim utara reda. “ Sudah ada tanda-tanda utara akan datang, lihat saja di bibir pantai riak ombak berkejaran tiada henti. Mereka para nelayan sudah mulai gulung tali istirahat panjang, “ ujar Hanfi salah seorang nelayan Kecamatan Pulau Tiga Barat kepada koranperbatasan.com seraya menujukan jarinya ke arah laut.
Potret-gambar-salah-satu-jenis-pompong-masyarakat nelayan-Natuna

Nelayan di Natuna pada umunya menangkap ikan menggunakan kapal yang terbuat dari kayu berukuran 1–3 Gross Ton (GT). Berlayar sejauh 7–12 mil, terkadang hanya seorang diri melawan kencangnya ombak. Meraka tidak pernah berlama-lama di laut hanya satu hari, pergi sore pulang pagi, dan pergi pagi pulang sore. Perbekalan bahan bakar biasnya hanya satu dirigen solar dan es batu dalam 2–3 kotak es. Sekali melaut modalnya diperkirakan sekitar Rp200 ribu. Aktifitas mencari ikan seperti ini dilakukan hampir setiap hari oleh para nelayan. “ Kalau sudah musim utara, mereka tidak akan berani melaut terlalu jauh, bahkan ada yang tidak melaut sama sekali. Karena angin kencang dan ombak musim utara di daerah ini terbilang cukup tinggi, “ sebut Nasrul warga Kelurahan Ranai Darat kepada koranperbatasan.com Kamis, (01/11/2018) saat menikmati segelas kopi panas di Ayong Ranai.
Setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan kepercayaan sendiri terkait dengan proses penangkapan ikan. Biasanya memang unik dan memiliki ciri khas sendiri. Keunikan dan kekhasan tersebut yang menjadi  identitas dari masing-masing daerah, terutama karena perbedaannya. Perbedaan ciri khas tersebut muncul karena beberapa sebab di antaranya kondisi giografis suatu daerah, latar belakang agama, adat istiadat, dan warisan turun-temurun dari nenek moyang.
Anuar-salah-seorang-nelayan-sedang-memperbaiki-salah-satu-alat-tangkap-ikan-miliknya

Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang warga Sedanu Kecamatan Bunguran Barat bernama Anuar. Menurut Anuar (45) bekerja sebagai nelayan sudah lama ditekuninya. Mulai dari menangkap ikan dengan menggunakan alat pancing, menyelam hingga sampai menjaring. Pekerjaan tersebut diakuinya hanya bisa dilakukan pada saat angin teduh dan ombak tidak besar. “ Susahnya jadi seorang nelayan ini adalah pada saat musim utara tiba. Apa lagi dengan alat tangkap saya cuma modal tali pancing saja, “ ungkap Anuar.
Suami dari perempuan cantik bernama Nurhayati yang dikarunia dua orang anak ini, bercerita diusianya yang sudah lanjut tidak lagi bisa menangkap ikan terlalu jauh ke laut. Menurut lelaki yang berdomisili di RT 04 RW 06 Pantai Ria Kelurahan Sedanau, saat ini dirinya hanya bisa menangkap ikan ditempat tertentu saja. “ Saya tidak bisa pergi mencari ikan jauh-jauh lagi, jadi terpaksa dekat-dekat dengan pantai saja, kemudian juga dikarenakan saya tidak punya alat tangkap yang bagus, “ ujar Anuar.
Informasi dari masyarakat sekitar saat ini masih sangat mudah untuk mendapatkan berbagai jenis ikan. Baik ikan ukuran sedang hingga besar, cukup hanya dengan menggunakan alat tangkap jenis pancing. Saking banyaknya, di perairan ini kerap menjadi target pencurian ikan secara besar-besaran oleh kapal nelayan asing dari berbagai negara seperti Thailand dan Vietnam. (Amran).

READ  Akhir 2019, Seluruh Kepri Teraliri Listrik