Penulis: admin |
NATUNA, (KP),- Arifuddin salah seorang sopir angkutan penumpang dan barang pada Jumat (16/11/2018) terpaksa harus menunda perjalan pulang dari Ranai ke Kelarik setelah menerima sebuah pesan video dikirim dari temannya yang sedang terjebak banjir. Video tersebut menceritakan tentang beberapa orang warga sedang berusaha melintas sebuah jalan yang terpotong akibat terjangan air.
Kejadian tersebut membuktikan bahwa sebanyak 4.130 jumlah penduduk yang berdomisili di Kecamatan Bunguran Utara Kabupaten Natuna Provinsi Kepri masih belum merasa aman ketika berkenderaan melewati Jalan Lintas Kelarik – Batubi terutama di musim hujan. Pengerjaan jalan lintas dari kecamatan menuju ke ibukota yang tak kunjung usai ini memang sudah kerap dibicarakan. “ Jika hujan lebat tiga hari berturut-turut jalan ini penuh air tidak akan ada warga yang bisa melintasinya, kalaupun ada iya pakai sampan, “ cetus Heri tersenyum.
Entah kepada siapa lagi masyarakat Kecamatan Bunguran Utara harus meminta pertolongan, agar jalan yang setiap hari mereka lalui dapat diselesaikan. Padahal suara sumbang memohon agar jalan yang setiap hari mereka lewati bisa diselesaikan, sudah berkicau sejak tahun 2006 silam. Permintaan tiada henti, sepertinya sudah berulang kali disampaikan, sayangnya sampai saat ini kondisi jalan tetap saja menyedihkan.
Memasuki musim penghujan sebagian besar dari jalan lintas ini akan berubah menjadi seperti kolam. Air yang tergenang membuat gorong-gorong dan beberapa jembatan kecil terputus. Jembatan yang terputus biasanya hanya menyisakan beberapa potongan papan beloti. Dengan demikian aktifitas berkenderaan masyarakat menuju ke Ranai Ibukota Kabupaten Natuna tentunya akan menjadi terhambat.
Minggu tanggal 11 November 2018 kemarin, Sapri, salah seorang warga Kecamatan Bunguran Utara mengaku sempat panik, karena hampir terjebak saat berhadapan dengan sebuh jembatan kecil yang ditemukan terputus. “ Jalan ini memang perlu pelebaran box cover-nya agar air bisa cepat turun dari badan jalan, karena saat hujan lebat air-nya sangat deras dan besar, “ ujar Sapri melalui pesan WhatsApp yang dikirimnya bersama sebuah rekaman video kepada redaksi koranperbatasan.com Jumat (16/11/2018).
Dalam rekaman video yang dikirim Sapri terlihat terjangan air melintas badan jalan mengalir deras. Menurut Sapri, memasuki musim utara ini jika tidak ada perbaikan serius, dipastikan akses Jalan Lintas Batubi – Kelarik akan terputus, karena sebagian besar badan jalan hanyut terbawa air. “ Sebenarnya ada banyak lokasi rawan, rekaman yang saya kirim itu kalau kami sebut nama tempatnya Tegul Tambun. Jelas pada titik-titik tertentu saat curah hujan tinggi pasti akan banjir, karena tidak ada drainase yang bisa membuang air sampai ke sungai, “ tutur Sapri.
Meski berulang kali terjebak banjir, lumpur, bahkan longsor jalan tersebut tetap saja di terobos warga. Hal itu, dikarenakan jalan Kelarik – Batubi – Ranai, satu-satunya akses keluar masuk orang dan barang. “ Sudah tidak sepi kayak dulu lagi, setiap hari pasti ada orang lewat. Sebenarnya kita takut juga, lihat sendiri kondisi jalannya seperti apa, tetapi mau gimana lagi, cuma ini satu-satunya jalan yang bisa digunakan untuk pergi ke Ranai, “ tambah Zain, salah seorang sopir angkutan penumpang Ranai – Batubi – Kelarik, kepada koranperbatasan.com Senin, (19/11/2018).
Padahal Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berkomitmen memperkuat daerah perbatasan. Karena dinilai sangat penting mengingat daerah perbatasan merupakan beranda Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berhadapan langsung dengan negara-negara tetangga. Terutama untuk kepentingan pertahanan, dan keamanan negara. Sayangnya pembangunan jalan tembus Kelarik – Batubi, masih tetap berbukit batu, berlumpur, dan berlubang-lubang. Miris sungguh, kemanakah masyarakat Bunguran Utara harus mengadu, agar jalan idamannya bagus?.
Camat Bunguran Utara Izhar, S.Sos melalui Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Mardi Hendika, SE membenarkan yang terjadi. Menurut Mardi hingga saat ini kondisi cuaca pancaroba musim penghujan diperkirakan hingga memasuki tahun baru 2019. Hujan dan angin kencang masih terus melanda Kecamatan Bunguran Utara khususnya dan Kabupaten Natuna umumnya. Dampak dari keadaan cuaca dan curah hujan saat ini mengakibatkan hampir disetiap titk-titik Jalan Lintasan Kelarik – Batubi mengalami kerusakan.
Kata Mardi, ada beberapa titik lokasi yang mengalami kerusakan mulai dari kerusakan gorong-gorong, hingga jembatan kecil. “ Pertama dari pemukiman masyarakat dilokasi Dusun Ulu Timur atau Dusun II Desa Kelarik Utara sampai menjelang memasuki Sungai Semala. Menurut keterangan dari warga yang melewati terlihat hampir semua gorong-gorong jembatan kecil saat ini mengalami kerusakan yang cukup parah bahkan hampir putus, sehingga menyulitkan masyarakat lewat, “ terang Mardi dalam sebuah tulisan pendek berjudul Titik-Titik Kerusakan Jalan Lintas Kelarik – Batubi Akibat Banjir yang dikirimnya kepada redaksi koranperbatasan.com melalui pesan WhatsApp Minggu, (18/11/2018).
Sebagi Sekcam Mardi meminta kepada setiap warga yang melintasi jalan tersebut untuk berhati-hati. “ Jika tidak berhati-hati bisa mengalami kecelakaan yang fatal karena ada beberapa titik jembatan/gorong-gorong hanya tersisa 1 atau 2 keping papan/bloti. Selain itu kondisi jalan banyak yang berlubang cukup dalam becek dan licin karena masih banyak air yang tergenang dipermukaan jalan, “ tutur Mardi.
Lebih jauh lagi Mardi menjelaskan, genangan air yang berhasil merusak badan jalan sebagian besar memang berasal dari curah hujan yang tinggi. “ Hujan lebat dan deras selain itu ditambah luapan air dari muara anak-anak sungai disekitar hutan sepanjang pinggir jalan yang mengalir dipermukaan jalan terlihat cukup deras selama ini. Diperkirakan rata-rata titik kerusakan hampir mencapai ± 4 – 6 Kilometer dari gorong-gorong pertama Dusun Ulu Timur (Desa Kelarik Utara) atau sepanjang menjelang sampai memasuki Sungai Semala atau sebelum aspal, “ terang Mardi.
Melihat kerusakan jalan ini, Mardi mengaku dampaknya akan menghambat kelancaran aktifitas masyarakat Kecamatan Bunguran Utara untuk menuju ke Ranai atau sebaliknya, baik itu pada urusan berdagang, bisnis maupun urusan kedinasan bagi Pemerintahan Kecamatan dan Pemerintahan Desa. “ Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kepada seluruh unsur Pemerintahan Daerah untuk memperhatikan dan mencari jalan keluar supaya memperkecil terjadinya kerusakan jalan dan gorong-gorong yang cukup parah atau bisa melumpuhkan aktifitas masyarakat, “ tutup Mardi.
Berbagai argument tentang kesiapan jalan ini, terus mencuat. “ Mungkin karena di DPRD tidak ada orang kita, jadi usulan-usulan yang disampaikan hilang begitu saja. Mereka yang sudah jadi anggota dewan, tentunya akan memperjuangkan aspirasi masyarakat daerahnya dulu. Kalau yang duduk itu, orang dari Pulau Tiga, tentu dia akan utamakan pembangunan di Kecamatan Pulau Tiga, tipis kemungkinan dia memikirkan kami yang ada di Bunguran Utara ini, “ cetus Harunnurasyid, tokoh masyarakat Kelarik.
Ada pula yang beranggapan, bahwa pembangunan jalan Batubi – Kelarik, termasuk Telok Buton – Kelarik, sarat kepentingan. “ Entahlah, kalau memeng pemerintah serius memikirkan pembangunan jalan ini, pasti sudah lama selesai. Kalau saya melihat ini macam ada kepentingan, coba kalau sudah musim Pemilu, masing-masing calon sibuk membicarakan tentang kesiapan jalan ini. Setelah itu senyap, hilang begitu saja, kayak ulat bulu lupa daun, kesiapan pembangunan jalan dijadikan janji politik, “ pungkas Wan Sabarudin, tokoh masyarakat Kelarik Kecamatan Bunguran Utara. (Amran).