close menu

Masuk


Tutup x

Ketua DPRD Dukung Upaya Pemerintah Sejahterakan Petani Natuna

Penulis: |

NATUNA (KP),- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Yusripandi, mendukung penuh upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, meningkatkan kesejahteraan para petani. Upaya tersebut dilakukan Pemerintah Daerah Natuna, melalui Surat Edaran Bupati Natuna Drs. H. Abdul Hamid Rizal, M.Si yang menghimbau seluruh instansi di pemerintahannya, untuk mengkonsumsi produk beras lokal.

Yusripandi-Ketua-DPRD-Kabupaten-Natuna-Provinsi-Kepri

Hal itu dikatakan Yusripandi, saat dihubungi awak media melalui sambungan telepon selular, pada Sabtu (02/03/2019) siang. Menurutnya, hal ini merupakan upaya positif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, agar para petani padi khususnya, dapat ditingkatkan kesejahteraan ekonominya.

“Sejauh itu untuk kepentingan masyarakat banyak, khususnya bagi para petani padi, kami di Dewan ini setuju-setuju saja. Kami sangat mendukung langkah tersebut,” ucap Yusripandi.

Bupati-Natuna-Drs.-H.-Abdul-Hamid-Rizal-M.Si-melakukan-panen-padi-di-Desa-Gunung-Putri-Kecamatan-Bunguran-Batubi

Menurut politisi Partai Demokrat itu, dalam hal ini Bupati Natuna telah tepat mengambil keputusan, dengan memerintahkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), untuk mengkonsumsi produk beras lokal.

Kata dia, produk beras lokal selain kualitasnya cukup bagus, juga sangat aman untuk dikonsumsi warga. Karena beras tersebut tidak menggunakan bahan pengawet, serta proses penanamannya menggunakan pupuk organik.

“Beras sini sangat aman dikonsumsi, karena baru, belum dicampur bahan pengawet. Harganya pun cukup terjangkau,” ujar pria asal Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut tersebut.

Bupati-Natuna-Drs.-H.-Abdul-Hamid-Rizal-M.Si-poto-bersama-para-petani-padi-Desa-Gunung-Putri-Kecamatan-Bunguran-Batubi

Yusripandi berharap, surat edaran ini nantinya akan diikuti oleh seluruh lembaga di Pemerintahan Daerah Kabupaten Natuna, hingga ketingkat kecamatan dan desa. Sehingga proses pemasaran produk beras lokal bisa ditingkatkan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, khususnya para petani padi.

Diakuinya, bahwa sebenarnya hasil dari para petani padi di Natuna, belum mampu untuk mencukupi kebutuhan bagi seluruh masyarakat dari berbagai daerah di Natuna. Namun, kata dia, setidaknya ini dapat memotivasi para petani lain, untuk beralih dengan menanam padi.

READ  Pimpin Rapat Pleno FKPPI LAMPUNG, TEC Himbau Tetap Kawal Jalannya Pemerintahan  

“Kalau permintaan konsumen meningkat, otomatis semangat para petani padi pun bisa meningkat juga. Dan ini bisa memancing para petani lain, untuk menanam padi. Karena hasil panen mereka nantinya akan laku keras dipasaran,” ungkapnya.

Sejumlah pimpinan OPD menghadiri acara panen padi di Desa Gunung Putri Kecamatan Bunguran Batubi

Yusripandi juga berharap, kedepan daerah yang terletak diujung utara NKRI ini, bisa swasembada pangan. Tanpa harus bergantung dengan beras dari luar daerah, yang selama ini dilakukan oleh masyarakat Natuna.

“Ending akhirnya nanti kita bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama beras. Apalagi secara geografis, Natuna sangat jauh dari daerah lain. Sehingga jika cuaca ekstrim seperti musim angin utara dan selatan, akan mengganggu stock beras yang ada didalam daerah. Kita tidak ingin terus-terusan bergantung dengan daerah lain, kita harus bisa mandiri,” harap Yusripandi.

Potret perkebunan padi yang siap panen yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Natuna

Lelaki yang tahun ini kembali mencalonkan diri sebagai wakil rakyat itu juga menghimbau, agar seluruh instansi terkait, dapat memangkas biaya produksi para petani dalam menanam padi. Sehingga harga beras bisa bersaing dengan harga beras dari luar daerah. “Dinas terkait harus bisa membuat inovasi-inovasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan para petani,” pungkasnya.

Untuk diketahui, harga beras putih produksi lokal di pasaran berkisar antara Rp 13.000 hingga Rp 13.500 perkilogram. Sementara beras merah mencapai Rp 14.000 hingga 15.000 perkilogramnya. Harga tersebut tentu sedikit lebih mahal dari harga beras dari luar daerah Natuna. Hal ini lah yang membuat masyarakat enggan untuk mengkonsumsi beras produksi dalam daerah. (***).


Narasi & Poto : Erwin