close menu

Masuk


Tutup x

Kurikulum Merdeka : Cara Memahami Capaian Pembelajaran (CP)

Kurikulum Merdeka : Cara Memahami Capaian Pembelajaran (CP)

Penulis: |

Kurikulum Merdeka : Cara Memahami Capaian Pembelajaran (CP)

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar (KI/KD) dalam istilah kurikulum 2013 kini berubah menjadi istilah Capaian Pembelajaran (CP) dalam Kurikulum Merdeka. Capaian Pembelajaran (CP) jauh lebih simpel dibandingkan dengan KI/KD. Sasaran dari Capaian Pembelajaran (CP) berpusat pada peserta didik bukan mengejar ketuntasan materi belajar. Jika capaian Pembelajaran (CP) telah selesai pun bisa tetap explore untuk lebih menelaah secara detail apa yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, mulai dari Fase Pondasi dari PAUD. Untuk pendidikan dasar dan menengah Capaian Pembelajaran (CP) disusun untuk setiap mata pelajaran. Lihat Keputusan Menteri Republik Indonesia no 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran.

Pemerintah hanya menetapkan tujuan akhir atau target per Fase Capaian Pembelajaran (CP) dan waktu tempuhnya. Satuan Pendidikan memiliki kekuasaan untuk menentukan strategi dan cara untuk mencapainya agar bisa menentukan strategi yang sesuai, kita perlu tahu titik keberangkatan peserta didik.

Dimanakah kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Capaian Pembelajaran?. Silahkan searching di alamat kurikulum.kemendikbud.go.id. Menurut Dikti capaian pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan, diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode.

Komponen capaian pembelajaran terdiri dari

1. Rasional mata pelajaran

2. Tujuan mata pelajaran

3. Karakteristik mata pelajaran

4. Capaian Pembelajaran setiap fase.

Rasional mata pelajaran memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil Pelajar Pancasila. Tujuan mata pelajaran adalah kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Karakteristik mata pelajaran merupakan deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran serta elemen-elemen (strands) atau domain mata pelajaran dan deskripsinya.

READ  Lima Mahasiswa IPAcc UMY Raih Dua Gelar Sarjana di Taiwan

Capaian pembelajaran setiap fase menjelaskan deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan berdasarkan perkembangan peserta didik.

Capaian Pembelajaran (CP) di Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan. Sementara Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar (KI/KD) ditetapkan per tahun, Capaian Pembelajaran (CP) CP dirancang berdasarkan fase-fase. Satu Fase memiliki rentang waktu yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:

1. Fase Pondasi (PAUD),

2. Fase A (SD kelas I-II)

3. Fase B (SD kelas III-IV)

4. Fase C (SD V-VI)

5. Fase D (SMP kelas VII-IX)

6. Fase E (SMA kelas X)

7. Fase F ( SMA kelas XI-XII)

Fase E dan Fase F dipisahkan karena mulai kelas XI peserta didik akan menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya, sehingga struktur kurikulumnya mulai berbeda sejak kelas XI. Melalui Fase, suatu target capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di kelas X jenjang SMA/sederajat.

Capaian Pembelajaran (CP) di Kurikulum Merdeka disusun melalui metode yang berbeda, di mana pemahaman, sikap atau disposisi terhadap pembelajaran dan pengembangan karakter, serta keterampilan yang terobservasi atau terukur ditulis sebagai suatu rangkaian.

Kompetensi memiliki makna lebih dari sekadar perolehan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mengolah dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta nilai-nilai yang dipelajari untuk menghadapi situasi atau permasalahan yang kompleks.

Struktur Capaian Pembelajaran (CP) disusun tidak berdasarkan domain-domain pemahaman, sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan berdasarkan pada kompetensi dan/atau konsep yang esensial dari setiap mata pelajaran.

Capaian Pembelajaran (CP) di Kurikulum Merdeka dapat dieksplorasi oleh guru dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik, kearifan lokal serta situasi dan kondisi pada saat. Untuk implementasinya dibutuhkan masa adaptasi karena baik bagi guru maupun peserta didik memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda.

READ  Lima Mahasiswa IPAcc UMY Raih Dua Gelar Sarjana di Taiwan

Refleksi

Guru yang beradaptasi dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka Belajar memerlukan tahap refleksi. Refleksi adalah cara meditatif untuk menyadari peristiwa masa lalu. Setiap rangkaian peristiwa sebagai pengalaman hidup dapat direfleksikan tergantung pada konteks dan peristiwa. Pengalaman manusia yang bijak akan menjadikannya sebagai “guru terbaik” bagi siapa pun untuk melakukannya.

Sesuatu yang pertama kali terlihat sebagai gelap dan putus asa, melalui refleksi, seseorang guru mendapatkan solusi antara kekhawatiran, stres hidup dalam menghadapi perubahan kurikulum, kesedihan, kepercayaan diri dalam beradaptasi disambut dengan kegembiraan dan sukacita. Dalam refleksi, guru bisa memaknai hidup lebih objektif.

Kebiasaan refleksi bagi guru sebagai pendidik dan peserta didik di ruang pendidikan harus dikembangkan dan dipraktikkan berulang kali setiap hari. Mencerminkan berbeda dengan menceritakan atau menceritakan kembali suatu peristiwa dari suatu pengalaman. Refleksi adalah pengalaman konkret yang dimodifikasi berdasarkan refleksi, kemudian hasil refleksi ditulis ulang dan selanjutnya dipahami sebagai pembelajaran dalam kehidupan.

Dalam penelitian independen, pembelajaran yang bermakna membutuhkan interpretasi yang bijaksana tentang apa yang dipelajari peserta didik. Konsep pembelajaran bermakna sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurut analisis Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti mampu membimbing seluruh kekuatan fitrah dalam diri peserta didik seperti manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keamanan dan mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pembelajaran yang bermakna karena kebiasaan berpikir peserta didik akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dasarnya adalah peserta didik di sekolah tidak hanya menerima bahan ajar tentang hasil belajar, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang telah dipelajari.

Peserta didik reflektif mampu menyadari kehadirannya di sekolah, memahami tujuan pembelajaran bidang studi, dan memahami bagaimana atau strategi apa yang harus dipelajari. Peserta didik yang sadar akan jati dirinya akan berkembang secara optimal dari berbagai aspek pelatihan yang mereka terima selama bersekolah.

READ  Lima Mahasiswa IPAcc UMY Raih Dua Gelar Sarjana di Taiwan

Singkatnya, penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan refleksi adalah hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan tidak terbatas usia. Guru dan peserta didik di Kurikulum Merdeka harus dilatih untuk secara reflektif menafsirkan pelajaran yang mereka pelajari dan alami. Pembelajaran berupa bahan ajar dan pengalaman kegiatan peserta didik di ruang pelatihan hendaknya tercermin dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.

Kebiasaan refleksi akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik untuk mencapai impian dan kebahagiaannya di masa depan. Peserta didik yang terbiasa berpikir merasa siap selama sekolah. Peserta didik akan belajar banyak selama sekolah dasar dan menengah. Alhasil, setelah lulus, mereka bisa menentukan apa yang terbaik untuk masa depan mereka.

Daftar Pustaka

Rahman, M. S., Nurhayati, N., & Luawo, D. W. M. (2021). Persepsi Guru Terhadap Kebeijakan Merdeka Belajar Tentang Penyederhaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Di MTs Negeri 1 Manado. Journal of Islamic Education: The Teacher of Civilization2(1).

Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education1(1), 141-157.

Susanty, S. (2020). Inovasi pembelajaran daring dalam merdeka belajar. Jurnal Ilmiah Hospitality9(2), 157-166.

Yamin, M., & Syahrir, S. (2020). Pembangunan pendidikan merdeka belajar (telaah metode pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education6(1).

 

Sumber: baca disini