Penulis: admin |
NATUNA (KP),- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P memilih Kabupaten Natuna sebagai tempat launching Program Digitalisasi Sekolah Indonesia. Pilihan tersebut sesuai arahan Presiden RI, Joko Widodo, membangun Indonesia dari kawasan pinggiran, kepulauan dan perbatasan.
Dalam sambutannya, Mendikbud RI, Muhadjir Effendi mengatakan pelajar di kawasan pinggiran, kepulauan dan perbatasan, seperti Natuna, tidak kalah maju dari pelajar di Jawa, atau daerah lain. “Karena itu, saya mengikuti arahan Pak Presiden, menunjuk kabupaten perbatasan ini, sebagai launching program Digitalisasi Sekolah Indonesia,” sebut Muhadjir di Gedung Sri Srindit Ranai, Natuna, Rabu, 18 September 2019 siang.
Muhadjir Effendi mengatakan sebagai negara kepulauan, membangun dunia pendidikan Indonesia penuh tantangan. Dari 250 jutaan penduduk Indonesia, 41 jutaan dalam usia sekolah. Beda negara Singapura, jumlah pelajarnya sekitar 2 jutaan. Jika dilakukan perbandingan, jelas pendidikan negara tetangga itu, lebih maju dari Indonesia.
“Di Jawa, jumlah pelajar 2 jutaan, sekelas camat bisa urus. Jadi kita tidak bisa samakan kemajuan bidang pendidikan Indonesia dengan Singapura. Sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau, termasuk Natuna, jumlah pulaunya sekitar 17 ribuan,” katanya menerangkan.
Menurutnya, hampir dua tahun Indonesia membuat perencanaan menggunakan produk teknologi. Hasil perencanaan itu, tercipta program Digitalisasi Sekolah Indonesia. Program ini, memberikan fasilitas sarana prasarana teknologi internet pada sekolah, guru dan pelajar. Sehingga kedepan, belajar mengajar lebih cepat, karena menggunakan teknologi itu.
“Kita akan beri bantuan komputer, laptop hingga smartphone pada sekolah, guru dan pelajar. Kita persiapkan portal pendidikan, agar seluruh unsur bisa interaksi atau mengajar dengan mudah,” ujarnya.
Sebagai Mendikbud RI, Muhadjir berharap adanya peran serta seluruh eleman masyarakat dalam melaksanakan pendidikan digitalisasi. Mulai dari bupati, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah, pimpinan Forum Koordinasi Perangkat Daerah, tokoh agama hingga masyarakat. Sehingga pelajar tidak hanya belajar mata pelajaran sekolah, melainkan pengalaman berharga lainnya.
“Pak Bupati bisa menceritakan dalam portal pendidikan, tentang pengalamannya menjadi pemimpin daerah. Atau Pak Dandim, Pak Danlanal serta Pak Kapolres, menceritakan pengalamannya memimpin institusinya,” pungkasnya tersenyum.
Namun demikin, lanjut Muhadjir meski kedepan kita menggunakan digitalisasi cara konvensional tetap diperlukan. Karena interaksi langsung antara guru dengan pelajar sangat penting. Usai peluncuran program Digitalisasi Sekolah Indonesia, Muhadjir kemudian menyerahkan secara simbolis, ribuan komputer, laptop dan smartphone pada guru dan pelajar serta menyaksikan secara langsung pencairan dana Kartu Indonesia Pintar. (KP).
Laporan : Amran