Penulis: admin |
PEMANFAATAN teknologi digital menjadi suatu kebutuhan dalam pendistribusian logistik. Karena logistik terkait erat dengan proses pengolahan barang yang strategis terhadap pemindahan, penyimpanan, pengadaan dan pemeliharaan barang atau peralatan.
Pada era revolusi industry 4.0, kehadiran JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) yang didirikan oleh H. Soeprapto Suparno pada tanggal 26 November 1990 sebagai sebuah divisi dari PT Citra van Titipan Kilat (TiKi) untuk mengurusi jaringan kurir internasional ternyata menjadi salah satu incaran masyarakat dalam memilih jasa pelayanan pendistribusian logistik.
“Saya gunakan JNE jika hendak mengirim berkas perusahaan. Kemarin baru saja habis kirim dokumen perusahan untuk perwakilan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Tulang Bawang Provinsi Lampung. Dua hari sudah sampai, biayanya hanya Rp 85 ribu,” tutur Edi Suroso, Wakil Direktur PT Tuah Tinta Jaya Abadi, salah satu perusahaan berdomisili di Kabupaten Natuna Provinsi Kepri.
Kecepatan layanan JNE berbeda dengan Tol Laut, salah satu konsep angkutan logistik jalur laut oleh Presiden Jokowi. Tol Laut bertujuan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Nusantara. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat diciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok.
JNE sendiri memiliki jasa pelayanan lebih mudah dan cepat, dengan biaya yang masih terjangkau oleh uang saku masyarakat khususnya di daerah perbatasan. Bagi masyarakat yang ingin mengirim paket atau dokumen dari perusahaan yang mempunyai tagline “Express Across Nations” bisa langsung menghubungi alamat kontak telepon kantor cabang atau agen yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Belum lama ini, Ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Fadillah, mengaku baru saja menggunakan jasa pelayanan JNE. “Kalau ingin cepat sampai tujuan pakai JNE, dan memang di Natuna orang lebih banyak kenal JNE. Kemarin saya baru ambil titipan SK dan KTA dari MPW PP,” sebut pimpinan pengaman dan pengamal pancasila di daerah perbatasan ujung utara NKRI itu meyakinkan.
Era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, pemanfaatan teknologi menjadi sangat penting. Berbagai informasi menyebutkan perusahaan kelas kakap sekalipun mau tidak mau harus mengadopsi teknologi digital untuk menjamin bisnisnya. Mereka tidak mungkin mampu bertahan jika tetap pada model bisnis lama yang mengabaikan pemanfaatan teknologi. Karena saat ini disrupsi digital sudah menggerus sejumlah sektor, apakah itu transportasi, ritel, keuangan, maupun logistik.
“Saya boleh dikatakan termasuk yang buta akan kemajuan teknologi. Tetapi mau gimana lagi, sudah tuntutan zaman. Hari ini hampir semua orang memilih jasa layanan cepat dan mudah. Mohon maaf, ingin makan saja orang sempat-sempat minta diantarkan, karena sudah ada jajan nasi online. Dulu kita kirim uang harus ke bank, hari ini cukup dari tempat tidur, melalui ponsel. Kalau pengiriman berbentuk barang kita biasanya gunakan JNE,” tutur Anizar Sulaiman, tokoh masyarakat di perbatasan Natuna yang sempat mengaku sudah beberapa kali menggunakan jasa pelayanan JNE.
Jangan heran jika JNE menjadi pilihan banyak orang pada era teknologi digital. Karena memiliki jaringan sangat luas. Kantor cabang agen jasa pengiriman sudah tersebar disetiap daerah kabupaten/kota se-Indonesia bahkan internasional. JNE sendiri diketahui telah bergabung menjadi anggota asosiasi perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara Asia bermakas di Hong Kong dan memberi kesempatan kepada JNE untuk mengembangkan wilayah antaran sampai ke seluruh dunia. (***).
Penulis : Amran