close menu

Masuk


Tutup x

“Pipe Stress Analysis” Menurut Pandangan Dede Farhan Aulawi

Penulis: |

JAKARTA (KP),- Bagi masyarakat umum mungkin istilah di atas belum dipahami, kecuali oleh sebagian orang teknik yang memang berinteraksi dengan dunia industri, khususnya yang banyak berhubungan perpipaan industri, misalnya industri Migas, pupuk, dan lain-lain.

Secara sederhana Pipe Stress Analysis (Analisa Tegangan pada Pipa) dapat didefinisikan suatu cara perhitungan tegangan (stress) pada pipa yang diakibatkan oleh beban statis dan beban dinamis yang merupakan efek resultan dari gaya gravitasi, perubahaan temperature, tekanan di dalam dan di luar pipa, perubahan jumlah debit fluida yang mengalir di dalam pipa dan pengaruh gaya seismic.

Berkaitan dengan hal tersebut, Analis Tegangan Pipa, Dede Farhan Aulawi ketika diminta keterangan di kediamannya, Kamis (23/5) malam mengapresiasi rencana EDS Asia untuk menyelenggarakan Seminar Pipe Stress Analysis di Hotel Bidakara – Jakarta, bulan depan tanggal 24 Juni 2019 sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja, keselamatan lingkungan  dan kelancaran produksi.

Sebagai salah satu dari sekian banyak tokoh nasional yang concern dengan masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dede Farhan Aulawi menjelaskan bahwa tujuan dari analisa tegangan pada pipa adalah untuk memastikan (1) Keselamatan sistem perpipaan termasuk semua komponennya, (2) Keselamatan sistem peralatan yang berhubungan lansung dengan sistem perpipaan dan struktur bangunan pendukung sistem tersebut, dan (3) Defleksi pipa agar tidak melebihi limitasinya. Adapun beberapa code yang sering digunakan dalam desain pipa seperti B31.1: Power Piping, B31.3: Process Piping dan ASME B&PV Code, Section III. Bagi orang yang banyak berinteraksi dengan perpipaan industri tentu sudah faham betul dengan kodifikasi di atas.

Dede Farhan Aulawi juga menambahkan bahwa sesuai dengan tujuannya, maka analisa tegangan pipa ini harus mampu mencegah mode kegagalan dengan melaksanakan stress analysis berdasarkan ketentuan dan aturan dalam dunia perpipaan. Ada dua jenis mode kegagalan pipa, yaitu Kegagalan karena tegangan yield (material melebihi deformasi plastis), dan Kegalalan karena fracture (material patah/fails sebelum sampai batas tegangan yield-nya).

READ  Jaga Kami Maka Kami Akan Menjaga Kalian

Selain itu, kata Dede Farhan Aulawi, dalam ASME B31.3 sebagai dasar teori untuk analisa pipa, juga dijelaskan tentang teori maksimum principal stress, yang berkaitan dengan nilai maksimum atau minimum dari normal stress. Stress (tegangan) terbagi ke dalam tiga kategori,  yaitu Primary Stresses, Secondary Stresses dan Peak Stresses.

Menurut Dede Farhan Aulawi Primary Stresses terjadi karena respon dari pembebaban (statis dan dinamis) untuk memenuhi persamaan antara gaya keluar dan gaya ke dalam, serta gaya momen dari sebuah sistem pipa.

“Secondary Stresses, terjadi karena perubahan displacement dari struktur yang terjadi karena thermal expansion dan atau karena perpindahan posisi tumpuan. Lalu Peak Stresses, tidak seperti kondisi pembebanan pada secondary stress yang menyebabkan distorsi, peak stresses tidak menyebabkan distorsi yang signifikan. Peak stresses adalah tegangan tertinggi yang bisa menyebabkan terjadinya kegagalan kelelahan (fatigue failure),” terang  Dede Farhan Aulawi.

Oleh karena itu, lanjut Dede Farhan Aulawi mengingat besarnya manfaat keahlian di bidang analisa tegangan pipa bagi kemajuan ternologi perpipaan di tanah air. “Tentu kita menyambut baik pihak manapun sebagai sumbangsih upaya peningkatan optimalisasi dan keselamatan sistem perpipaan. Apalagi pada kesempatan nanti juga dikenalkan PASS Software yang bisa melakukan simulasi desain perpipaan sebelum sistem riil  dioperasikan,” trutur Dede Farhan Aulawi mengakhiri percakapan. (KP).


Pewarta : Tim Liputan