Penulis: admin |
Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pengamat Sosial)
SAAT seseorang belum memiliki sesuatu yang diinginkannya, maka ia mencoba membangun mimpi dan berusaha untuk mewujudkan mimpi tersebut agar menjadi kenyataan. Bisa dengan usahanya sendiri atau berusaha meminta ke orang tua atau saudara dan temannya. Namun sayang setelah barang yang diinginkan tersebut dimiliki, ternyata hanya sedikit saja orang yang bisa merawatnya.
Begitu juga jika ilustrasi ini kita bawa ke dalam sebuah perusahaan misalnya, kadangkala pemilik perusahaan ingin sekali meningkatkan daya saing perusahaan dengan membeli mesin-mesin yang canggih dari berbagai negara, tapi hanya sedikit mesin tersebut yang mampu beroperasi karena sebagian besar karyawannya tidak mampu merawat mesin/aset yang sudah dimiliki. Inilah yang disebut dengan kemampurawatan (maintainability) yang rendah.
Kemampurawatan itu bisa karena teknik dan ketersediaan suku cadangnya yang sulit, atau bisa juga karena orang yang diberi tanggung jawab untuk merawatnya tidak mengerti atau tidak peduli untuk melakukan perawatan dengan benar, yaitu perawatan dengan cara dan interval sebagaimana sudah dipersyaratkan.
Inilah salah satu problem kemasyarakatan yang perlu mendapat perhatian bersama. Kita ini banyak yang memiliki kemampuan untuk membeli sesuatu, tetapi hanya sedikit yang mampu merawatnya. Lihat saja seorang keluarga yang memaksakan untuk membeli motor buat anaknya, tidak sedikit sang anak yang tidak bisa merawatnya. Motor digunakan untuk kebut-kebutan, asesorinya dipreteli, dan sebagainya. Dia gunakan motor tersebut tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya, akhirnya motor tersebut pun cepat rusak.
Begitupun dengan hidup kita ini, banyak yang tidak mampu mengelola hidup dengan baik yaitu tidak menggunakan nikmat dan kesempatan hidup ini sesuai keinginan sang Pencipta, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kita siap untuk menerima sebanyak-banyaknya rejeki, tetapi hanya sedikit yang mau berbagi rejeki untuk sesamanya. Artinya “Siap Menerima” tetapi “Tidak Siap untuk Memberi”. Padahal dari sebagian apa yang kita miliki itu ada hak orang lain. Kalau kita tidak mau memberikannya, maka Allah punya cara sendiri untuk mengambil hak orang lain tersebut dengan cara-Nya sendiri. Semoga kita tergolong orang yang mau dan mampu menunaikan hak orang lain sebagaimana ketentuan yang ditetapkan. Rawatlah rejeki yang kita terima dengan cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Allah, maka niscaya rejeki kita akan berkah buat semua. Aamiin YRA.
Kiriman Pembaca Koran Perbatasan, Rabu 22 Mei 2019