close menu

Masuk


Tutup x

Mengenal dan Mengatasi Gangguan Bipolar

Dede-Farhan-Aulawi-Pemerhati-Gangguan-Bipolar

Penulis: |

Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pemerhati Gangguan Bipolar)


AKHIR-akhir ini istilah gangguan Bipolar (Bipolar Disorder) sering kita dengar atau kita baca di beberapa media. Hal ini tentu menarik untuk kita ketahui agar bisa menemukan jalan keluar atau pencegahannya. Gangguan bipolar sendiri, maksudnya adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya perubahan emosi yang drastis, misalnya ia bisa merasakan gejala mania (sangat senang) lalu tiba – tiba berubah menjadi depresif (sangat terpuruk).

Contoh konkritnya orang yang sangat bahagia berubah menjadi sangat sedih, orang yang percaya diri berubah menjadi pesimis, atau orang yang tadinya semangat tiba – tiba berubah menjadi malas. Jika kita memiliki ciri – ciri tersebut, barangkali kita termasuk salah seorang yang mengagalami gangguan Bipolar, bilamana suasana hati berubah secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I, bipolar II, cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati. Hal ini sering digambarkan sebagai spektrum bipolar. Sekitar 12 % remaja di luar negeri mengalami gangguan bipolar.

Adapun ciri – ciri atau gejala dari tahap mania gangguan bipolar adalah mudah tersinggung sehingga mudah marah, merasa dirinya sangat penting, mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya, berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan, sulit tidur, merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup 24 jam, dan lain – lain.

Sementara ciri – ciri atau gejala dari tahap depresi gangguan bipolar adalah sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas, merasa tak berguna dan putus asa, beranggapan masa depan suram dan pesimistis, berpikir untuk bunuh diri, menghindari komunikasi dengan orang lain, dan lain – lain.

READ  Dede Farhan Aulawi : Gunakan Masa Tenang untuk Merenung dan Tentukan Pilihan

Faktor penyebabnya bisa karena masalah genetik (hereditas), stress, penyalahgunaan obat, atau kurang tidur. Pada penderita gangguan bipolar, keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak terganggu. Sebagaimana diketahui, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls saraf.

Di samping itu,  area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi.

Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal.

Lalu cara sederhana untuk mencegah atau mengatasi gangguan bipolar adalah dengan menjauhi stress, rileks dan rajin beribadah untuk mengingat-Nya agar hati menjadi tenang, berkonsultasi pada orang yang bisa untuk selalu memotivasi, tidur yang teratur,  cerdas untuk memberi maaf, hidup penuh rasa syukur, hindari fikiran – fikiran negatif dan selalu optimis dalam mengarungi kehidupan. (KP).


Kiriman Pembaca Koran Perbatasan, Minggu, 09 Juni 2019