Penulis: admin |
TANGGAMUS (KP),- Sultan Mahbubillah, bayi mungil 2,5 bulan berjenis kelamin laki-laki, putra Ghozali dan Armanah menghembuskan nafas terakhir di RS Abdul Muluk Bandar Lampung, Kamis (25/7/19) dini hari. Jenazahnya saat ini telah berada di rumah duka warga Pekon Negeri Ngarip Kecamatan Wonosobo, Tanggamus guna proses pemakaman.
Kabar duka tersebut disampaikan Sumarli salah satu aparat Pekon Negeri Ngarip, dimana meninggalnya bayi Sultan sekitar pukul 03.00 WIB dan langsung dibawa menggunakan mobil ambulance tiba di rumah duka sekitar pukul 06.00 WIB.
“Innalillahiwainailaihirojiun, bayi Sultan menghembuskan nafas terakhir jam 03.00 WIB dini hari tadi di RSUAM,” kata Sumarli melalui pesan Whatsapp, Kamis, (25/7) pagi.
Menurutnya, pagi ini juga jenazah langsung dimakamkan di TPU Pekon setempat setelah bayi Sultan dimandikan, dikafani dan disholatkan di Masjid setempat. “Jenazah Sultan pagi ini dimakamkan,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan Bayi Sultan yang didiagnosa mengalami penyumbatan usus dan perutnya semakin membesar. Sehingga bayi Sultan sering menangis. Bayi Sultan sebelumnya telah mendapatkan perawatan secara berjenjang dari Puskesmas setempat, kemudian tanggal 18 Juli 2019 mendapatkan rujukan ke RSUD Batin Mangunang Kota Agung hingga ke RS Abdul Muluk Bandar Lampung.
Sebelumnya, Rabu, 17 Juli 2019 koranperbatasan.com pernah meberitakan kondisi almarhum sebelum meninggal dunia dengan judul “Berharap Bantuan Dana, Bayi 2,5 Bulan Butuh Pertolongan”. Pada berita ini dijelaskan seorang bayi mungil 2,5 bulan berjenis kelamin laki-laki itu tak henti-hentinya menangis meski berulang kali Armanah, ibunya menenangkannya. Tampak ukuran perut putra ketiga pasangan Rozali dan Armanah ini hampir setara bola voli sebab didiagnosa ada penyumbatan pada usunya. Sehingga buang air besar tidak lancar, dan perutnya makin membesar.
Menurut Armanah, putra yang baru dilahirkan pada Mei 2019 lalu itu sering menangis setiap saat bahkan apabila malam hari selalu menangis. “Ini nangisnya belum terlalu, kalau waktu malam barulah nangis tidak berhenti. Kalau sudah capek baru diam, nanti nangis lagi. Begitu terus tiap malam,” kata Armanah saat ditemui di rumahnya di Pekon Negeri Ngarip, Kecamatan Wonosobo, Tanggamus, Selasa (16/7/19) sore.
Kata Armanah, anak ketiganya tersebut lahir normal. Namun setelah lahir terus-menerus menangis. Karena merasa aneh sehingga ia bersama suaminya membawa ke bidan yang ada di Pekon Banjar Sari, Kecamatan Wonosobo.
Lantas bidan mengantarkan ke RSUD Batin Mangunang untuk tahu sakitnya. Dan setelah rontegen diketahui adanya sumbatan pada usus. Diduga itu menghambat keluarnya kotoran. “Katanya dulu ini harus dioperasi karena ususnya ada yang menyumbat. Kalau untuk operasi katanya bisa habis Rp 70 jutaan,” ucap Armanah.
Ditempat sama, Rozali ayah sang bayi, mengungkapkan lantaran tingginya biaya, ia diminta untuk membuatkan keanggotaan BPJS bagi si anak. Sebab tidak bisa jika menggunakan keanggotaan BPJS orang tuanya. “Kami sudah urus-untuk membuat BPJS, nanti katanya mau diselesaikan sama Pj Kepala Pekon, mudah-mudahan cepat beres,” ungkap Rozali.
Rozali mengaku, selain masalah BPJS, harapannya juga ada bantuan materi. Sebab untuk sebuah operasi butuh menunggu dan itu dibutuhkan biaya hidup selama berada di Rumah Sakit (RS). “Katanya kalau operasi paling tidak di Abdoel Moeloek, disini tidak bisa jadi harus dirujuk,” kata Rozali.
Pria yang hanya bekerja jadi buruh tani ini mengaku berat dengan kenyataan hidup yang dihadapi keluarganya. Untuk itu dirinya berharap ada uluran tangan dari pihak manapun agar bisa menolong. Rozali menuturkan, mungkin hanya jalan operasi yang bisa ditempuh untuk penyembuhan anaknya. Sebab selama ini pengobatan dengan orang pintar sudah dilakukan namun belum menunjukkan hasil. (KP).
Pewarta : Arzal